Tuesday, May 7, 2013

pengorbanan sang sahabat


Pengorbanan sang sahabat
“ kupikir kita sahabat ! teganya kamu mengambil dia. Aku pikir kamu punya hati , ternyata!! “  geram sinta mendorongku. aku hanya berdiri diam, hatiku rapuh di tusuki  pisau penyesalan . Satu persatu jatuh nafas ini, hati terasa ditelan bumi, tak sanggupku menopang tubuh ini. Sinta pergi menjauh dariku, aya mengerti akan perasaan itu, ketika yang didambakannya menyukai sahabatnya sendiri.  Tanpa disadari sepasang mata ikut memperhatikan .
JJ
“aya, kamu lihat edgar tadi ? permainannya menyentuh hati “ ujar shinta kepadaku. Aku tersenyum membayangkan alunan lembut suara piano yang edgar mainkan. Aku benar – benar iri akan permainannya seakan dia dan piano sepasang kekasih, irama yang menari – nari dihati membuat semua orang merasakan kebahagian.
“ ayo, kalian pasti ngomongin edgar”  ujar sasha
“ iya, keliatan dari muka merahnya “ tambah tia meledekku.
Aku, shinta, sasha, dan tia bersahabat sejak SMA hingga kuliah pun kami tetap bersama – sama. Aku sosok yang tak suka berkata-kata diantara yang lainnya. Aku bukanlah orang yang suka menjadikan teman sebagai tempat curahan hati hingga mereka tak menyadari, tak menyadari  bahwa aku mencintai seseorang. Dialah edgar, aku menyukainya sejak dibangku SMA.
“ iya, edgar tadi kerrrreeeeeeeeeen banget, aku mau ngucapin selamat ke edgar “ kata shinta berbinar – binar. Tia dan sasha melirikku seakan memberi isyarat, aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka.
“ ayo kita ke edgar “ ajakku , kami pun menghampiri edgar yang sedang berkumpul bersama teman – temannya.
“ edgar, tadi kamu kereeennnnn banget “ ujar shinta menggebu – gebu . “ makasih shin “ jawab edgar tersenyum. Entah mengapa mataku dan mata edgar bertemu. “Ada apa gerangan, apa ini nyata , edgar menatapku” bisikku dalam hati.
“cie cie ini toh orang yang sering kamu ceritain “ ledek teman – temannya.
“ ehhh, iyaaa ehhh bukannn “ jawab edgar salah tingkah.
aku hanya terdiam, aku sadar itu tak mungkin diriku. “ udahlah ya, itu shinta . kamu gak boleh sedih, kan dia sahabatmu sendiri. Ayo senyum “ kataku dalam hati. “edgar salting ya dideket shinta, yaudah kita tinggal ya” pamitku ke edgar. Edgar kaget mendengar ucapanku. Aku pun mengajak tia dan sasha pergi dari mereka. Dan mata itu tetap menatap kepergianku seakan kecewa.
“ sampai kapan kamu seperti ini ya, kamu harus ngomong ke shinta.” Kata sasha
“ apa perlu kita yang ngomong ke shinta ? sampai kapan kamu tersiksa kayak gini” sambung tia
“aku gak mau dibilang merebut gebetan sahabat sendiri “ ujarku kepada mereka
“ kamu harusnya sadar, yang merebut itu shinta bukan kamu, kamu selalu mengalah atas keegoisan dia. Kamu harus perjuangkan cintamu aya “ jelas tia. Aku hanya terdiam, mendengar ucapan yang membuat jantungku terkikis perih.
J
Pagi ini terasa lembut, perlahan – lahan hatiku membaik seakan dimasuki tetes lembut salju, tak ada gundah lagi. Aku mulai memasuki area kampus, mengingat kejadian kemarin. “ semoga hari ini aku gak ketemu edgar “ harapku sambil menghela nafas. Tetapi aku dengar langkah kaki mendekat,
“aya, aya.. “ kudengar suara lelaki dibelakangku.  “ kayak suara edgar, ah gak mungkin . perlu apa dia sama aku “ pikirku tak yakin
“ya, bisa bicara sebentar? “ tanya lelaki itu. Dan ternyata benar lelaki itu, edgar.
“kenapa gar ?” jawwabku menghilangkan rasa kaget . “kamu balerina?” tanya edgar ragu – ragu melihatku yang bingung
“ ya, kenapa??
“ehh, bentar – bentar kok kamu tau, kan Cuma tia, sasha sama shinta yang tau. Ahhhhhh,,, aku tau !! pasti “ jawabku mulai mengerti
“that’s right, shinta yang ngasih tau ke aku”.
“hmmmm gimana, gimana kalo kita kolaborasi. Pianis dan balerina “ ajak edgar malu – malu.
“It’s impossible, benar – benar tak mungkin seorang edgar sang prince charming kampus yang membuat semua cewek tergila – gila ngeliat dia maen piano ngajak aku, seorang aya kolaborasi. Apalagi aku hanya balerina, yang tidak terkenal. Aku bahkan hanya tampil pada saat acara sekolah balet saja. Ini tak mungkin, aku pasti salah denger”. Pikiranku bergelut.
“ aku tunggu nanti jam 2 diruang latihan ya, kita tentuin musik dan gerakanmu” lanjut edgar melihatku yang terdiam.
Seusai kuliah aku langsung menuju ruang di ikuti dayang – dayang yang selalu menemani. Kali ini mereka tak diminta pun langsung menawarkan diri, alasannya ingin melihat pangeran – pangeran kampus bermain musik. Terang saja, setelah aku ceritakan edgar mengajakku berkolaborasi mereka langsung mengancamku. “awas kalo kamu berani menolak “ ancam mereka dengan hawa pembunuh. Akhirnya aku muncul dihadapan edgar dengan wajah ketakutan sedangkan mereka memancarkan kebahagiaan.
“edgar, kita boleh melihatmu latihan kan??? “ rengek shinta dengan manja kepada edgar.
“kalian semua boleh lihat kok . “ jawab edgar menoleh ke arahku
“ ehhhhhmmm, ada banyak cewek cantik kok  gak dikenalin ?” ujar teman edgar.
“ oh yaa, kenalin . ini jonathan temenku. Jo, ini aya, tia, sasha dan shinta” ujar edgar memperkenal kami satu persatu. “ jo ini pinter banget maen gitar, sung ha jung aja kalah “ jelasnya bersemangat. “eehhh, gak usah lebay “ celetuk jonathan .
Finally, aku dan edgar memutuskan menggunakan lagu river flows in you dalam kolaborasi ini.
Kolaborasi ini membuatku semakin sering bertemu dengan edgar. Aku semakin dekat dengannya dan mulai memahami dirinya. Shinta merasakan kedekatanku dengan edgar. Aku sering melihat tatapan kemarahan shinta ketika memandangku dan edgar sedang bercanda. Hingga shinta menyindirku, “ aku gak suka punya temen yang nusuk dari belakang “ bisiknya kepadaku.
Aku mengerti maksudnya, perlahan – lahan aku mulai menjauhi edgar. Aku mulai jarang ngobrol dengannya bahkan langsung mengajaknya latihan agar tidak ngobrol denganku. Tia dan sasha mengetahui perubahan sikapku.
“ ya, akhir – akhir ini kamu kenapa ? “ tanya tia kepadaku
“lah, emang aku kenapa?” jawabku balik tanya
“ udahlah, jangan menutupi masalah. Kita tau perubahan sikap kamu akhir – akhir ini. Apa ini ada hubungannya dengan shinta? Tanya sasha.
“ aku gak apa – apa kok. Gak ada yang berubah dari sikapku “ jawabku mencoba tersenyum.
“aya, aya sampai kapan kamu begini, kamu terlalu baik jadi orang, sampe – sempe kebaikanmu di manfaatin sama temenmu sendiri” pikir tia.
“ ngomong – ngomong tentang shinta, dia gencar banget deketin edgar, dia bilang popularitasnya bertambah kalo dia jadi pacar edgar. “ujar sasha.
“oh ya, kemarin dia bilang jonathan itu keren juga. Sudah kuduga, dia gak bakal lama – lama suka sama cowok. Paling Cuma bertahan empat bulan. “ lanjut tia. Aku hanya diam mendengarkan mereka. Shinta memang selalu begitu, cepat sekali berpindah kelain hati. Hanya saja kenapa laki – laki yang shinta pilih itu edgar?
“sepertinya, aku gak jatuh cinta sama edgar deh “ ujarku membuka pembicaraan.
“ kalo aku jatuh cinta, pasti aku punya rasa ingin memiliki tapi aku malah seneng dia sama shinta. Jadi kalian gak usah mempermasalahin shinta yang ngejer – ngejer edgar “ lanjutku.
Sasha dan tia kaget mendengar penuturanku. Jujur saja, aku mencintainya bahkan hanya dia yang ada dipikiranku. Aku merasa nyaman dan bahagia didekat dia tapi mau bagaimana lagi, shinta adalah sahabatku. Mengalah adalah jalan terbaik yang harus aku lakukan.
“  aku akan pindah akhir semester ini. Maaf baru ngomong sekarang, papa mengajakku pindah ke paris. Lagipula disana aku bisa mengambil sekolah desainer yang menjadi impianku.” Ujarku yang berusaha tersenyum.
“ aya, ini alasanmu menjauh dari edgar?” tanya tia.
“ ini salah satu alasannya” jawabku menahan tangis.
Mereka langsung memelukku, mereka mengerti akan masalah yang aku hadapi dipersahabatan, kelurga dan cinta. Satu tahun yang lalu papa dan mamaku bercerai, papa akhirnya memutuskan mengambilku sebagai hak asuhnya.
“ minggu depan adalah penampilan pertama dan terakhirku disini “ ujarku
Kolaborasi sang pianis dan balerina
“edgar aldiano dan aya graceheilla “

“ maaf shin, aku gak bisa nerima kamu karena yang ada dihatiku, aya.” Kata edgar kepada shinta.
JJ
aku terus berjalan menapaki jalan yang tak tentu arah. Semua ini salahku, andai saja aku tak pernah mengenalnya, andai saja ia tak pernah muncul dihatiku ini. Edgar mengejarku, dan menggapai tubuhku yang lunglai.
“kenapa gar? “ tanyaku lemas.
“ ya, aku tau semuanya. Maafin aku. aku udah nghancurin persahabatan kalian .” ujar edgar.
“ bukan salahmu gar. Perasaanmu terhadapku itu gak salah. Makasih ya untuk semuanya.” Jawabku menjauh dari edgar.
JJJ
“ udah siap sayang? “ tanya papa.
“ udah pa, “
“ayo kita berangkat “ ajak papa.
Hari itu aku meninggalkan indonesia, rumahku tercinta dan kenanganku.
Tia dan sasha tak tahan dengan sikap egois shinta langsung pergi menemuinya. “ eh shin, dasar kamu orang gak tau diri. Kamu marah – marah ke aya, tapi asal kamu tau. Aya itu suka sama edgar sejak kelas satu SMA . kamu yang baru suka 6 bulan langsung ngelabrak gak jelas. “ teriak tia marah – marah.
“dia itu cinta sama edgar, tapi kamu gak pernah sadar. Kata kamu, kamu itu sahabat. Tapi kamu gak pernah peduli dengannya. Kamu tau hari ini dia pindah ke paris. “ sambung sasha.
“tapi aya, gak pernah ngasih tau kalo dia suka sama edgar “ bela shinta
“ kamu bodoh, selama ini kamu tau tentang edgar dari siapa. Aya bukan tipe orang yang mudah suka sama cowok tapi dia bela – belain nyari tau tentang edgar. Itu namanya apa. ternyata kamu bener – bener gak punya hati .” bentak sasha.
Shinta menangis, dia baru sadar keegoisannya selama ini. Dia marah – marah kepada aya, padahal aya lah yang mengalah untuknya. Dan sekarang aya sudah pergi jauh.
Seminggu di  paris.
“aya, kayaknya ada e-mail “ teriak papa
Aya pun membuka e-mail tersebut dan isinya,
“ aku harap kau tetap menungguku untuk berkolaborasi dengan mu  “
“ from river flows in you / edgar aldiano ”

teru - teru bozu


@
            Teru – teru bozu terus bergoyang di jendela kamarku. Dan seperti biasa aku terbangun karena mendengar alarm dipagi buta.
            “ 1ohayoooo , ominasai “
Suara itu terus berbunyi memekakkan telingaku, tanganku pun langsung menyambut alarm itu. Ya sekarang baru jam 5 pagi, aku memandangi jendela dengan teru – teru bozu yang bergoyang ditiup angin pagi. “ehmmm, tak ada hujan semalam “ sahutku.
            Enam bulan sudah aku tinggal di negeri sakura ini. Sudah sejauh ini , aku tetap benci dengan hujan. Dengan menggantung teru – teru bozu, aku percaya hujan tak akan datang. Teru – teru bozu adalah boneka jepang yang di percaya dapat menolak hujan.
            Aku ai chantika, Mahasiswa osaka institute of thecnology. Aku berasal dari Indonesia, dengan perjuangan keras aku berhasil mendapatkan beasiswa ke negeri ini. Aku punya alasan tersendiri, kenapa aku begitu ingin ke negeri ini.
            “ai chan , ohayooo “
            “ ohayo , kana “

1ohayoooo , ominasai = selamat pagi, ayo bangun

            Kana adalah temen dekatku, dia satu apartemen denganku. kana juga berasal dari indonesia. Aku dan kana kuliah dikampus yang berbeda , kana merupakan mahasiswa art of osaka university. Dia mengambil jurusan desainer sedangkan aku mengambil radioisotope and nuclear engineering .
            “ai, hari ini sehabis kuliah kita karokean yuk, “
            “ pasti kamu lagi galau, ya kan???? Kamu galau yamada kan??? “ ledekku sambil mencari – cari teru – teru bozu. Kana langsung cemberut,” dia nyebelin sih “ sahutnya. “ oke, nanti aku tunggu didepan kampusmu. Ya ampun, ayo cepat, nanti kita ketinggalan bus “ ujarku. Aku dan kana langsung pergi ke terminal.
            “sampai kapan kamu membawa teru – teru bozu terus?? “ tanya kana
            “entahlah “ jawabku.
Bus pun datang, teru – teru bozu bergoyang menggantung di tasku. Entah sampai kapan aku akan membawa teru – teru bozu ini.
“ ai chan, ayo kita pergi, “ teriak kana,
Sembari menuggunya aku bersusah payah menggantungkan teru – teru bozu di pohon depan gerbang kampusnya. Tanpa sadar ada sesorang yang menatap, “ dasar aneh “ ujarnya. orang itu langsung pergi.
Aku langsung menghampiri kana, “ cieciecie , yang udah baikkan “ ledekku melihat kana dan yamada yang bergandengan tangan. “ 2nani ? ?” tanya yamada . “ 3 iee..!! “ jawabku dan kana bersamaan . kami pun langsung tertawa.
2 nani = apa
3 iee = tidak
Ame ga furu ,Dan hujan pun turun
“aku benci bukan karena hujan aku kehilangannya
tapi karena hujan mengingatkanku bahwa dia ada di hatiku.”

“ohayoo, ominasai !! “
“ohayoo, ominasai !!! “ bunyi alarmku yang terus berdering sedangkan jam telah menunjukkan pukul 07.30.
“kyaaa,,, gawat aku telat !! “ dengan tergesa – gesa aku membersihkan diri dan mengambil tas. ‘krrataakk !!!!’ bunyi nyaring ketika aku tak sengaja membanting pintu kamarku. 
“ ohayoo, ai chan”, panggil kana seraya aku berlari melewati kamarnya. “ ohayooo, 4gome kana chan ,aku telat padahal ini hari pertama ujian “ sahutku sambil tetap berlari melewati tangga apartemenku. Tanpa sadar teru – teru bozu yang tergantung di jendela kamar terjatuh. Entah apa yang akan terjadi hari ini.
Aku berlari secepat yang aku bisa ke gedung radiografi, tanpa sengaja aku menabrak punggung seseorang. “ gome “ ujarku, Jangankan untuk membalas, menoleh pun tak dilakukan laki – laki yang aku tabrak itu. Dia bertingkah seakan – akan tak terjadi apa – apa. Aku pun tak terlalu mempedulikan laki – laki itu dan langsung masuk kekelas . “ hmmm.. selamat, selamat ternyata baru di bagi soal” pikirku. Aku pun langsung duduk di bangku sesuai dengan nomor urut ujian dan betapa kagetnya aku, laki – laki yang aku tabrak duduk di sampingku. Sejenak aku terpesona menatap wajahnya, dan aku pun langsung meraih soal dihadapanku serta fokus mengerjakannya.
5ganbatekudasai “ raungku dengan menggempal tangan.
Riuh suara di sepanjang koridor berisikan mahasiswa – mahasiswi yang baru menyelesaikan ujian di hari pertama. Aku tetap berada di kelas dan menatap ke luar jendela. Tepat di bawah pohon ginko, aku melihat laki – laki itu. Dia tertidur lelap, wajahnya menampakkan kedamaian. Langit yang semula cerah kini perlahan diselimuti awan hitam. Dengan panik, aku langsung mencari – cari teru – teru bozu di tas dan berlari ke pohon ginko itu. Dengan pelan – pelan aku mencoba menggantungkan teru – teru bozu ke dahan pohon ginko itu.
“ Tuhan, jangan turunkan hujan , kumohon jangan. . jangan sekarang “ rintihku hampir menangis. Akan tetapi teru – teru bozu yang aku gantungkan di dahan pohon terjatuh tepat di dada laki – laki itu. Dan di waktu yang sama tetes hujan membasahi bumi.
Tetes hujan mengenai wajah shinichi, betapa kagetnya dia ketika melihat di atas tubuhnya ada teru – teru bozu dan hujan yang mulai deras. “ siapa yang meletakkan boneka teru – teru ini” pikirnya. Shinichi adalah laki – laki yang di
tabrak oleh ai tadi pagi. Lengkapnya shinichi minami, dia merupakan teman sekelas ai. Hanya saja ai tak pernah menyadari keberadaanya karena selama ini sering membantu dosen dalam percobaan.
Shinichi yang mirip dengan tokoh anime shinchan itu memiliki karakter yang sulit di mengerti. Dia bukanlah orang yang tertarik dengan suatu
 4 gome = maaf
5ganbatekudasai = semangat

 yang emosional seperti berhubungan dengan wanita. akan tetapi  hari ini shinichi merasakan getar yang berbeda, getar yang muncul ketika mata tajamnya menatap boneka teru- teru yang ada di genggamannya. “Ada apakah gerangan ?? ”, kalimat itu yang menghantui kepalanya.
            Tak henti – henti nya ai menangis dikamar, betapa bencinya ia dengan tetes hujan. Ia benci mendengar suara tetes hujan. Hujan yang mengingatkan semua masa itu, masa lalu yang membuatnya lari sampai ke negeri sakura ini. Di usapnya air mata yang mengalir di wajah, “ ramaaaa.. tujuh tahun aku lari seperti ini, tujuh tahun pula aku membenci suara hujan ini “ rintihnya. Disela – sela suara tangisan itu, ia mengambil teru – teru bozu dari lemarinya. Teru – teru bozu yang  begitu berarti untuknya, alasan kenapa ia begitu membenci bahkan takut akan hujan. Teru – teru bozu yang mengikat erat hatinya akan kenangan masa lalu. Masa dimana ia bersama seseorang yang begitu berarti di hatinya, masa di mana dia pun harus kehilangan orang itu. Ramanya yang selalu di panggilnya, di pikirannya walaupun ai menyadari rama tak akan kembali, kembali ke sisinya.
@@
            “ ai kamu ku panggil ai chan ya? “ ujar rama mengejarku yang telah melewati gerbang sekolah.
            “kenapa ma?? Karena namaku ai chantika, ai chan tika.. “ sahutku menoleh kepadanya.
            “ bukan, tapi karena kita akan ke jepang bersama – sama, kan anak cewek di panggil dengan chan di belakang namanya. Maukah kamu kejepang bersamaku ?” tanya rama. Aku mengangguk mau dan tersenyum kepadanya. “ ma, kok kamu suka jepang ? “ tanyaku dengan muka penasaran. “ karena aku suka anime, jadi aku penasaran dengan apa yang ada disana. “ jawabnya dengan menerawang ke langit. “ bentar lagi, pasti hujan. “ ujarnya menoleh denganku yang begitu penasaran dengan kata – kata nya. “ itu karena aku melepas teru – teru bozu “ jawab rama. “ apa itu teru – teru bozu?? “ tanyaku begitu penasaran . rama menganmbil teru – teru bozu dari kantongnya dan memberikannya kepadaku. “ ini teru – teru bozu, boneka jepang yang dipercaya dapat menangkal hujan apa bila di gantungkan. Tadi pagi aku melepaskannya, pasti sebentar lagi hujan “ ujarnya menjelaskan. Aku terpesona melihat boneka yang sekarang ada di telapak tanganku. Begitu ajaibnya, titik hujan terjatuh di tangaku. “ ramaa !! hujan..” teriakku girang. Rama tertawa, melihatku begitu girang. Dan kami pun pulang ke rumah dengan berhujan – hujanan. Begitu menyenangkan hari itu, hari dimana aku tak membenci hujan, hari dimana aku masih tertawa melihat hujan.
            Sampai hari itu tiba,
            “ terima kasih yang pak, telah membimbing rama. Siang ini pesawat kami akan take off  ke california “ . tak sengaja aku datang keruang guru . jantungku berdetak, “rama pergi, dia pergi, pergi pergi. . .” aku langsung berlari ke kelas dan melihat rama yang mulai berjalan ke luar. Hari itu hujan deras, tapi aku tetap berlari tak mempedulikan hujan yang membasahiku. Hanya rama yang aku pikirkan, “ ramaa” , teriakku . “ kenapa kamu tidak bilang ke aku ?? aku pikir kita sahabat, aku pikir aku temanmu, hal penting seperti ini kenapa ?” tanyaku sambil menangis.
“ maaf , ai chan aku harus pergi, aku takut membuatmu sedih. Maaf. “ ujarnya menghampiriku dan memberikan teru – teru bozu. “ suatu saat kita akan ke jepang bersama – sama. Nee ai chan,” dia pun langsung menghampiri orang tuanya.  Aku hanya berdiri, berdiri melihat kepergiannya, langkahnya yang menjauh dariku, menjauh seakan tak akan pernah aku gapai, bahkan aku tak pernah bisa mengatakan bahwa aku suka dia. “ 7kimi no ga suki “ rintihku memandangi teru – teru bozu pemberiannya.
            “ ai, ai. . . ai, “ teriak mama menggoyang – goyangkan badanku yang lemas di kamar. Mama langsung memelukku, “ rama dan orang tuanya kecelakaan, mobilnya tergelincir karena jalanan ditutupi kabut dan hujan yang deras, kamu tabah ya nak, rama udah pergi, pergi untuk selamanya”. Mendengar ucapan mama, aku tak tau lagi harus bagaimana, aku rapuh, aku hancur, rama . . . ramaku pergi dan tak akan kembali. Impian kita ke jepang bersama – sama, bermain – main, kamu yang selalu melindungiku ketika orang – orang menjahatiku, sahabatku, dan sesungguhnya aku menyukainya.
@
            satu tahun telah berlalu pasca hujan itu. Aku pun mulai menjalani kehidupan kuliah seperti biasa, dipenuhi dengan praktikum serta melakukan percobaan dengan bahan radioaktif. Aku juga mulai menyadari keberadaan teman – teman sekelasku, khususnya laki – laki itu, shinichi.
            “8Ano ai chan, ano hito wa shinichi kun desuka??? “ tanya ayumi salah satu teman sekelasku. “9 hai, ne ???” jawabku. “ 10kawai!! “ ujar ayumi dan teman – teman yang lain. Aku pun langsung melihat kearah shinichi. “Lumayan tampan, berkarakter, kadang terlihat menggemaskan seperti shinchan, walaupun memiliki mata yang tajam ia terlihat begitu ramah. Wajar saja para wanita menyukainya “ pikirku.
            Seusai kuliah aku langsung menghampiri kampus kana, entah dari mana semangatku ini muncul, rasanya aku ingin merasakan hidup dengan bahagia bukan beban seperti biasanya. “ai chan “ teriak kana yang melambai kepadaku. Dia pun menghampiriku di ikuti oleh yamada, dan satu orang lagi. Seseorang yang begitu familiar. “Shinichi? Kenapa dia ada di sini bersama kana dan yamada.” ujarku kaget melihat sosok itu. “ai chan, korewa shinichi kun “ kata yamada  memperkenalkan shinichi denganku. “aku sudah mengenalnya, dia satu kelas denganku. “ ujar shinichi. Betapa kagetnya aku, dia menggunakan bahasa indonesia, aku benar – benar tak percaya ini. “ kaget, aku bisa bahasa indonesia? okkasan orang indonesia, jadi di rumah aku berbahasa indonesia dengan okkasan . “ jelas shinichi melihat ekspresiku yang benar – benar shock. Aku langsung menoleh kepada kana dengan isyarat meminta penjelasan kenapa ada shinichi di sini. “shinichi itu sepupu yamada “ ujarnya memberitahu. “ lengkap sudah hari ini, shinichi muncul, dia berbicara bahasa indonesia, dia sepupu yamada “ rintihku menahan rasa shock.
Esoknya pagi terlihat tak bersahabat, aku hanya duduk di bangku kelas memandang awan. “rama, apa kamu sedih ?? “ pikirku manatap awan yang perlahan – lahan mulai gelap.
            “ ohayooo, ai chan ! ! aku duduk di sini ya “ teriak shinichi yang langsung duduk disampingku . “ kamu salah minum obat hari ini??? “ tanyaku. Dia hanya tersenyum melihatku. Shinichi, dia bahkan tak mau berurusan dengan wanita, tapi hari ini dia duduk disampingku. Pertama kali bertemu pun dia telah menyebarkan aura pembunuh yang mengerikan walaupun sikapnya begitu kontras berbeda dengan wajahnya. Ketika bersama kana dan yamada kemarin pun dia tetap stay cool, tapi hari ini dia berbeda. Dia memperlihatkan sosok yang bersahabat, kekanakan dan menyenangkan. Aku melihat sekelilingku, semua berbisik – bisik melihat aku yang duduk disamping shinichi. Seakan akan yang duduk disampingku itu top idol, walaupun shinichi merupakan salah satu orang top di kampus. Wajar saja kerumunan wanita itu memandangku seperti serigala.
“ eh, kamu salah minum obat?? Pergi sana, kamu lihat mereka seperti mau memakan aku “ ujarku menoleh kekerumunan wanita di kelas. “ aku hanya mau di sampingmu “ ujarnya dengan santai. “ whatever, but don’t disturb me !!“ kataku galak. “ hai, ai onechan “ katanya menggodaku.
 “ohayoo, shinichi kun “ sapa ayumi yang mulai mendekati shinichi. Jangankan menjawab sapaan ayumi, menoleh saja tidak. “ dasar sok cool “ bisikku.
            Sepulangnya kuliah shinichi menghampiriku yang sedang menuju halte. “ai chan, ayo pulang bareng aku”  ajak shinichi. aku hanya melihat lalu langsung menaiki bus yang berhenti . “ susah juga ya sama cewek itu, aku pikir dia gampang di taklukkan. Sehebat apa rama itu. “ ujar shinichi.
            “11tadaima !! “ teriaknya sesampai dirumah .“ 12shinichi kun, okari “
Shinichi langsung menghempaskan diri di tempat tidur, dan menelpon sesorang.
            “ohayoo ai chan “ Shinichi menyapaku, dia ada didepan apartemenku. Dia tidak seperti biasa mengendarai motor tapi kali ini dia membawa sepeda. “aku datang menjemputmu, maukah kamu pergi barsama ku? “ tanya shinichi. Aku terdiam seribu kata dan hanya mengangguk. Betapa terkkesimanya aku, karena setahuku rumahnya dan apartemenku berlawanan arah.
            Walaupun menempuh perjalanan satu jam dengan sepeda, aku merasa begitu bahagia. Entah perasaan apa ini, selama ini hanya rama yang aku pikirkan. Bahkan sekarang perlahan – lahan sosok rama memudar dalam pikiranku. “ arigatou” kataku malu -  malu. Seusai kuliah shinichi langsung mengajakku pulang bersama, tapi aku menolaknya dengan alasan rumahnya dan apartemenku berlawanan arah. Walaupun sebenarnya aku hanya ingin membatasi perasaanku saja. Aku tak ingin memiliki rasa apapun terhadapnya,  aku hanya menyakitinya saja karena hidupku dipenuhi akan bayangan tentang rama. “ hari ini aku tidur dirumah yamada, “ jawabnya dengan memaksaku. Aku pun ikut pulang bersamanya, tetapi diperjalanan hujan turun. Dia langsung mengajakku berteduh, dan menatap aku yang telah di banjiri tetesan air mata. Dia memelukku, hangat begitu hangatnya. Rasa takutku selama ini hilang. Perlahan – lahan aku merasakan tetes hujan yang turun dijemariku. “ ame ga furu, demo “ ujarnya mengusap air mata di pipiku, “ takkan kubiarkan air mata ini mengalir “. Aku membenamkan diriku di pelukan shinichi, aku rasakan detak jantungnya, di pundaknya yang kuat seakan – akan memberikan rasa aman. Dipegangnya tanganku, tanpa memedulikan hujan dia mengambil sepeda dan berjalan menerobos hujan. Aku rasakan beban yang begitu berat entah menghilang kemana.
            “aku takut aku benar – benar jatuh cinta kepadanya, aku takut, aku takut menyakitinya “ kata shinichi kepada dua orang dihadapannya.
Hari itu, bunga sakura bermekaran. Aku bersama shinichi berjalan – jalan untuk melihat hanami. Dia menghadiahkanku kartu ucapan yang ia belikan didepan. “kawaii, katanya kartu ini bisa membuat hubungan awet, “ ucapku shinichi pun pergi dengan tersipu malu. “shinichi, arigatou, “ panggilku. Dia hanya mengangguk malu – malu.
            “ayo, sini aku dandanin “ paksa kana kepadaku yang mau lari. Akhirnya aku mengalah menjadi boneka mainannya kana. Malam ini kana dan yamada mengajakku dan shinichi kepesta kembang api. Aku pun memakai yukata sedangkan kana bersemangat sekali menghias diriku. “kamu harus terlihat berbeda ujarnya, semua wanita jepang terlihat cantik ketika memakai kimono ataupun yukata” jelasnya dengan nada memaksa. Yamada dan shinichi telah menunggu di luar, kami pun langsung menghampiri mereka. “ kirei desu “ ujar shinichi menghampiriku. Aku hanya tersipu malu.
Hingga hari wisuda pun tiba,
            Malam sebelum hari wisuda, shinichi mengatakan semuanya kepadaku. “ maafkan aku ai, awalnya aku diminta kana dan yamada mendekatimu agar kamu melupakan kenanganmu dengan rama. Tapi lama kelamaan aku menyukaimu. maafkan aku merahasiakannya darimu selama ini. Aku tau semua tentang rama dan teru – teru bozu ini. Aku ingin membuatmu tak lagi takut akan hujan. Maafkan aku ai, “ tuturnya . aku lihat teru – teru bozu yang diberikan shinichi, tubuhku lunglai. Rasanya aku tak sanggup melangkah lagi. Air mataku tak henti –hentinya menetes. Aku buka ikatan pada teru – teru bozu, betapa hancurnya aku
. melihat apa yang tertulis di dalamnya. “  13    dari rama “.
Dan hari wisuda pun tiba, “ congratulation “ ujarku menghampiri shinichi Aku berusaha tak meneteskan air mata dihadapannya. “arigatou” ucapku membungkuk kapadanya. “14kimi no soba ni iru itsumo “ ucapnya lirih. Aku pun pergi menjauh, dengan harapan dapat bersamanya.
@@@
Pada suatu trainee di jepang
“Minasan, ohayo gozaimasu “
“hajimemashite. Watashi wa indo no ai desu.”
Mata itu menatapku, mata tajam yang begitu kukenal. Mata yang tak pernah berubah walau sembilan tahun telah berlalu.

7kimi no ga suki = karena kusuka dirimu
8Ano ai chan, ano hito wa shinichi kun desuka = itu ai chan, apakah itu shinichi kun?
9 hai, ne ???= ya , kenapa??
10kawai!! = manisnya
11tadaima = aku pulang
12shinichi kun, okari = selamat datang shinichi
13   = aku cinta kamu (aishiteru)
14kimi no soba ni iru itsumo= aku akan selalu berada disisimu.