Pengorbanan sang
sahabat
“
kupikir kita sahabat ! teganya kamu mengambil dia. Aku pikir kamu punya hati ,
ternyata!! “ geram sinta mendorongku.
aku hanya berdiri diam, hatiku rapuh di tusuki
pisau penyesalan . Satu persatu jatuh nafas ini, hati terasa ditelan
bumi, tak sanggupku menopang tubuh ini. Sinta pergi menjauh dariku, aya
mengerti akan perasaan itu, ketika yang didambakannya menyukai sahabatnya
sendiri. Tanpa disadari sepasang mata
ikut memperhatikan .
JJ
“aya,
kamu lihat edgar tadi ? permainannya menyentuh hati “ ujar shinta kepadaku. Aku
tersenyum membayangkan alunan lembut suara piano yang edgar mainkan. Aku benar
– benar iri akan permainannya seakan dia dan piano sepasang kekasih, irama yang
menari – nari dihati membuat semua orang merasakan kebahagian.
“
ayo, kalian pasti ngomongin edgar” ujar
sasha
“
iya, keliatan dari muka merahnya “ tambah tia meledekku.
Aku,
shinta, sasha, dan tia bersahabat sejak SMA hingga kuliah pun kami tetap
bersama – sama. Aku sosok yang tak suka berkata-kata diantara yang lainnya. Aku
bukanlah orang yang suka menjadikan teman sebagai tempat curahan hati hingga
mereka tak menyadari, tak menyadari
bahwa aku mencintai seseorang. Dialah edgar, aku menyukainya sejak
dibangku SMA.
“
iya, edgar tadi kerrrreeeeeeeeeen banget, aku mau ngucapin selamat ke edgar “
kata shinta berbinar – binar. Tia dan sasha melirikku seakan memberi isyarat,
aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka.
“
ayo kita ke edgar “ ajakku , kami pun menghampiri edgar yang sedang berkumpul
bersama teman – temannya.
“
edgar, tadi kamu kereeennnnn banget “ ujar shinta menggebu – gebu . “ makasih
shin “ jawab edgar tersenyum. Entah mengapa mataku dan mata edgar bertemu. “Ada
apa gerangan, apa ini nyata , edgar menatapku” bisikku dalam hati.
“cie
cie ini toh orang yang sering kamu ceritain “ ledek teman – temannya.
“
ehhh, iyaaa ehhh bukannn “ jawab edgar salah tingkah.
aku
hanya terdiam, aku sadar itu tak mungkin diriku. “ udahlah ya, itu shinta .
kamu gak boleh sedih, kan dia sahabatmu sendiri. Ayo senyum “ kataku dalam
hati. “edgar salting ya dideket shinta, yaudah kita tinggal ya” pamitku ke
edgar. Edgar kaget mendengar ucapanku. Aku pun mengajak tia dan sasha pergi
dari mereka. Dan mata itu tetap menatap kepergianku seakan kecewa.
“
sampai kapan kamu seperti ini ya, kamu harus ngomong ke shinta.” Kata sasha
“
apa perlu kita yang ngomong ke shinta ? sampai kapan kamu tersiksa kayak gini”
sambung tia
“aku
gak mau dibilang merebut gebetan sahabat sendiri “ ujarku kepada mereka
“
kamu harusnya sadar, yang merebut itu shinta bukan kamu, kamu selalu mengalah
atas keegoisan dia. Kamu harus perjuangkan cintamu aya “ jelas tia. Aku hanya terdiam,
mendengar ucapan yang membuat jantungku terkikis perih.
J
Pagi
ini terasa lembut, perlahan – lahan hatiku membaik seakan dimasuki tetes lembut
salju, tak ada gundah lagi. Aku mulai memasuki area kampus, mengingat kejadian
kemarin. “ semoga hari ini aku gak ketemu edgar “ harapku sambil menghela
nafas. Tetapi aku dengar langkah kaki mendekat,
“aya,
aya.. “ kudengar suara lelaki dibelakangku.
“ kayak suara edgar, ah gak mungkin . perlu apa dia sama aku “ pikirku
tak yakin
“ya,
bisa bicara sebentar? “ tanya lelaki itu. Dan ternyata benar lelaki itu, edgar.
“kenapa
gar ?” jawwabku menghilangkan rasa kaget . “kamu balerina?” tanya edgar ragu –
ragu melihatku yang bingung
“
ya, kenapa??
“ehh,
bentar – bentar kok kamu tau, kan Cuma tia, sasha sama shinta yang tau.
Ahhhhhh,,, aku tau !! pasti “ jawabku mulai mengerti
“that’s
right, shinta yang ngasih tau ke aku”.
“hmmmm
gimana, gimana kalo kita kolaborasi. Pianis dan balerina “ ajak edgar malu –
malu.
“It’s
impossible, benar – benar tak mungkin seorang edgar sang prince charming kampus
yang membuat semua cewek tergila – gila ngeliat dia maen piano ngajak aku,
seorang aya kolaborasi. Apalagi aku hanya balerina, yang tidak terkenal. Aku
bahkan hanya tampil pada saat acara sekolah balet saja. Ini tak mungkin, aku
pasti salah denger”. Pikiranku bergelut.
“
aku tunggu nanti jam 2 diruang latihan ya, kita tentuin musik dan gerakanmu” lanjut
edgar melihatku yang terdiam.
Seusai
kuliah aku langsung menuju ruang di ikuti dayang – dayang yang selalu menemani.
Kali ini mereka tak diminta pun langsung menawarkan diri, alasannya ingin
melihat pangeran – pangeran kampus bermain musik. Terang saja, setelah aku
ceritakan edgar mengajakku berkolaborasi mereka langsung mengancamku. “awas
kalo kamu berani menolak “ ancam mereka dengan hawa pembunuh. Akhirnya aku
muncul dihadapan edgar dengan wajah ketakutan sedangkan mereka memancarkan
kebahagiaan.
“edgar,
kita boleh melihatmu latihan kan??? “ rengek shinta dengan manja kepada edgar.
“kalian
semua boleh lihat kok . “ jawab edgar menoleh ke arahku
“
ehhhhhmmm, ada banyak cewek cantik kok
gak dikenalin ?” ujar teman edgar.
“
oh yaa, kenalin . ini jonathan temenku. Jo, ini aya, tia, sasha dan shinta”
ujar edgar memperkenal kami satu persatu. “ jo ini pinter banget maen gitar,
sung ha jung aja kalah “ jelasnya bersemangat. “eehhh, gak usah lebay “ celetuk
jonathan .
Finally,
aku dan edgar memutuskan menggunakan lagu river
flows in you dalam kolaborasi ini.
Kolaborasi
ini membuatku semakin sering bertemu dengan edgar. Aku semakin dekat dengannya
dan mulai memahami dirinya. Shinta merasakan kedekatanku dengan edgar. Aku
sering melihat tatapan kemarahan shinta ketika memandangku dan edgar sedang
bercanda. Hingga shinta menyindirku, “ aku gak suka punya temen yang nusuk dari
belakang “ bisiknya kepadaku.
Aku
mengerti maksudnya, perlahan – lahan aku mulai menjauhi edgar. Aku mulai jarang
ngobrol dengannya bahkan langsung mengajaknya latihan agar tidak ngobrol
denganku. Tia dan sasha mengetahui perubahan sikapku.
“
ya, akhir – akhir ini kamu kenapa ? “ tanya tia kepadaku
“lah,
emang aku kenapa?” jawabku balik tanya
“
udahlah, jangan menutupi masalah. Kita tau perubahan sikap kamu akhir – akhir
ini. Apa ini ada hubungannya dengan shinta? Tanya sasha.
“
aku gak apa – apa kok. Gak ada yang berubah dari sikapku “ jawabku mencoba
tersenyum.
“aya,
aya sampai kapan kamu begini, kamu terlalu baik jadi orang, sampe – sempe kebaikanmu
di manfaatin sama temenmu sendiri” pikir tia.
“
ngomong – ngomong tentang shinta, dia gencar banget deketin edgar, dia bilang
popularitasnya bertambah kalo dia jadi pacar edgar. “ujar sasha.
“oh
ya, kemarin dia bilang jonathan itu keren juga. Sudah kuduga, dia gak bakal
lama – lama suka sama cowok. Paling Cuma bertahan empat bulan. “ lanjut tia.
Aku hanya diam mendengarkan mereka. Shinta memang selalu begitu, cepat sekali
berpindah kelain hati. Hanya saja kenapa laki – laki yang shinta pilih itu edgar?
“sepertinya,
aku gak jatuh cinta sama edgar deh “ ujarku membuka pembicaraan.
“
kalo aku jatuh cinta, pasti aku punya rasa ingin memiliki tapi aku malah seneng
dia sama shinta. Jadi kalian gak usah mempermasalahin shinta yang ngejer –
ngejer edgar “ lanjutku.
Sasha
dan tia kaget mendengar penuturanku. Jujur saja, aku mencintainya bahkan hanya
dia yang ada dipikiranku. Aku merasa nyaman dan bahagia didekat dia tapi mau
bagaimana lagi, shinta adalah sahabatku. Mengalah adalah jalan terbaik yang
harus aku lakukan.
“ aku akan pindah akhir semester ini. Maaf baru
ngomong sekarang, papa mengajakku pindah ke paris. Lagipula disana aku bisa
mengambil sekolah desainer yang menjadi impianku.” Ujarku yang berusaha
tersenyum.
“
aya, ini alasanmu menjauh dari edgar?” tanya tia.
“
ini salah satu alasannya” jawabku menahan tangis.
Mereka
langsung memelukku, mereka mengerti akan masalah yang aku hadapi
dipersahabatan, kelurga dan cinta. Satu tahun yang lalu papa dan mamaku
bercerai, papa akhirnya memutuskan mengambilku sebagai hak asuhnya.
“
minggu depan adalah penampilan pertama dan terakhirku disini “ ujarku
Kolaborasi
sang pianis dan balerina
“edgar
aldiano dan aya graceheilla “
“ maaf shin, aku
gak bisa nerima kamu karena yang ada dihatiku, aya.” Kata edgar kepada shinta.
JJ
aku
terus berjalan menapaki jalan yang tak tentu arah. Semua ini salahku, andai
saja aku tak pernah mengenalnya, andai saja ia tak pernah muncul dihatiku ini.
Edgar mengejarku, dan menggapai tubuhku yang lunglai.
“kenapa
gar? “ tanyaku lemas.
“
ya, aku tau semuanya. Maafin aku. aku udah nghancurin persahabatan kalian .”
ujar edgar.
“
bukan salahmu gar. Perasaanmu terhadapku itu gak salah. Makasih ya untuk
semuanya.” Jawabku menjauh dari edgar.
JJJ
“
udah siap sayang? “ tanya papa.
“
udah pa, “
“ayo
kita berangkat “ ajak papa.
Hari
itu aku meninggalkan indonesia, rumahku tercinta dan kenanganku.
Tia
dan sasha tak tahan dengan sikap egois shinta langsung pergi menemuinya. “ eh
shin, dasar kamu orang gak tau diri. Kamu marah – marah ke aya, tapi asal kamu
tau. Aya itu suka sama edgar sejak kelas satu SMA . kamu yang baru suka 6 bulan
langsung ngelabrak gak jelas. “ teriak tia marah – marah.
“dia
itu cinta sama edgar, tapi kamu gak pernah sadar. Kata kamu, kamu itu sahabat.
Tapi kamu gak pernah peduli dengannya. Kamu tau hari ini dia pindah ke paris. “
sambung sasha.
“tapi
aya, gak pernah ngasih tau kalo dia suka sama edgar “ bela shinta
“
kamu bodoh, selama ini kamu tau tentang edgar dari siapa. Aya bukan tipe orang
yang mudah suka sama cowok tapi dia bela – belain nyari tau tentang edgar. Itu
namanya apa. ternyata kamu bener – bener gak punya hati .” bentak sasha.
Shinta
menangis, dia baru sadar keegoisannya selama ini. Dia marah – marah kepada aya,
padahal aya lah yang mengalah untuknya. Dan sekarang aya sudah pergi jauh.
Seminggu
di paris.
“aya,
kayaknya ada e-mail “ teriak papa
Aya
pun membuka e-mail tersebut dan isinya,
“ aku harap kau
tetap menungguku untuk berkolaborasi dengan mu “
“ from river
flows in you / edgar aldiano ”